Wednesday 4 March 2015

Cerpen Terbaru

Kali ini saya akan berbagi sebuah cerita pendek dari sebuah situs yang sepertinya situs itu belum sepenuhnya selesai dibuat, tapi yang menarik dari situs itu terdapat sebuah cerpen yang mengisahkan seorang kakak yang kuliah dengan tekad ingin menyembuhkan adiknya. Cerpen yang dibuat dengan bahasa yang sederhana ini memang tidak nampak terlihat sebagai sebuah cerita mewah tapi dengan alur cerita ang menarik dapat membuat pembaca mecucurkan air mata. Cerpen tersebut berjudul "Kado Untuk Indri".

  Berikut isi cerpen bagian 1

Kado Untuk Indri #part1


Hari itu cuaca sangat cerah, birunya langit berhias awan putih menjadi teman berbincang saya siang itu. Berbaring di bawah pohon teduh nan rindang menjadi posisi yang tak tergantikan untuk menyampaikan sepucuk curhatan pada langit biru. “Besok saya seminar akhir, insya allah sebentar lagi saya wisuda, tak terasa empat tahun lamanya kuliah kini sudah tahap akhir, tak lama lagi tiba waktunya untuk saya meminang gelar sarjana dokter, gelar yang saya impikan sejak dulu” curhat saya pada langit siang itu.
Cerpen terbaru

Bada sholat dzuhur saya biasa berbaring sejenak berbincang pada langit di bawah pohon dekat mesjid sebari memandang langit biru dari bilik dedaunan. Memang sedikit aneh tapi untuk menghilangkan kejenuhan seusai kuliah atau untuk menghilangkan perasaan hati yang tidak karuan seorang anak  perantauan, setidaknya hal tersebut lumayan berguna untuk membangkitkan kembali mood saya.
Entah kenapa siang itu terasa berbeda, langit yang cerah dengan udara panas kota jogja seakan tak menjadi kawan seperti biasanya, mungkinkah karena hati ini mulai terasa hampa setelah empat tahun lamanya sendiri, “ah tidak” piker saya dalam hati, soal sendiri tak mengenal yang namanya perempuan dalam kuliah memang sudah tekad saya sejak dulu. Namun untuk siang itu mengapa hati ini terasa begitu hampa seakan ada yang hilang di lubuk hat in.  Benar  hati ini terasa begitu hampa karena sangat rindunya saya pada keluarga terutama rindu pada adik saya yang paling manis, karena setahun lamanya saya tidak menyempatkan untuk pulang ke rumah dan melihat ibu dan adik-adik saya. Di rumah saya memiliki 2 orang adik perempuan yang kecil simanis Indri dan yang gede Mira remaja kelas 1 SMA.Sebenarnya sulit bagi saya jika tidak melihat ibu dan adik-adik walaupun hanya untuk satu minggu saja, apalagi untuk meninggalkan adik saya yang paling kecil, anak seimut dan semanis dia, Indri namanya. Sepertinya siapa pun akan sulit untuk berpaling dari anak perempuan yang berumur tujuh tahun itu. pandangan mata dengan bola mata yang indah selalu terlukis dalam kepala saya setiap waktu, rambutnya yang keriting menambah pesona cantik anak itu, pipinya yang tembeb kemerahan membuat siapa saja yang melihatnya serasa ingin mencubit karena saking gak tahan karena gemesnya. Anak itu bagaikan boneka cina yang selalu di pajang dalam lemari hias kamar princes . Alangkah rindunya hati ini untuk  saya bisa nya..
Indri adalah belahan jiwa saya, dan  dialah pemotivasi hidup saya, betapa tidak..? karena sepanjang hidup saya, belum  saya temukant ada anak kecil setegar dan sekuat indri, sebenarnya dia pula lah yang menjadi alasan untuk saya ingin menjadi seorang dokter, saya ingin menjadi seorang dokter karena saya bertekad untuk bisa menyembuhkan sakitnya. Indri adik saya mengidap penyakit MeningitisMeningitis bakteri tepatnya.. Penyakit yang dapat mengancam jiwa dalam hitungan jam ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Meningokokus. Indri mengidap penyakit itu sejak lima tahun yang lalu lebih tepatnya sejak dia mulai belajar berlari umur 2 tahunnan. Ketika saya tahu dia mengidap penyakit itu, saya telah berjanji pada indri dan diri saya sendiri untuk bisa menyembuhkan penyakitnya itu.
Untuk menghilangkan rasa rindu saya pada Indri siang itu, saya mencoba menelpon ibu dan berharap bisa berbicara sepatah atau dua patah kata dengan Indri. Siapa tahu dengan itu, bisa mengobati rasa rindu saya yang amat sangat padanya.
“Bu bagaimana kabar ibu..? terus kabar indri gimana..? saya rindu banget sama Ibu, Mira dan Indri” Tanya saya pada ibu di telpon.
“Alhmadulillah ibu baik, begitu pula dengan Indri, kamu sendiri gimana nak..?”jawab Ibu
“Alhamdulillah saya juga baik bu, besok saya seminar akhir mohon do’anya ya bu. bu bolehkah saya berbicara dengan indri..?”
“ kayanya kamu gak bisa bicara sama Indri deh, soalnya barusan  Indri diajak jalan-jalan sama Emangmu keluar.” Jawab ibu dengan suara yang agak aneh
“oh gitu ya, gak papa kalo gitu tapi ibu kenapa..? ibu kaya udah nangis..? ibu sedang sakit ya..? ” tanya saya  dengan penasaran
“gak pa2 ibu cuman sedikit batuk, suara ibu sedikit serak, kamu focus aja ya buat seminar besok,, ibu do’ain biar kamu lancar dan berhasil jangan lupa pas kamu mau memulai awali dengan basmalah ya nak”.
“iya bu makasih atas do’anya, saya gak bakal lupa pesan ibu. Ibu juga jangan lupa minum obat ya, salamkan ke Indri dan Mira kalo ka Fahmi besok pulang , bu besok usai seminar sorenya saya langsung pulang, tapi mungkin malam minggunya baru sampai di rumah, soalnya saya harus ke Bandung dulu karena ada beberapa urusan yang harus diselesaikan di Bandung,”
“oh iya gak papa, yang focus ya nak, ibu menantimu di Garut jaga dirimu baik-baik, assalaamu’alaikum”  jawaban terkahir ibu di telpon.
Setelah menelpon ibu bukannya hati ini merasa tenang, malah sebaliknya jauh lebih terasan ada yang mengganjal. ”Semoga semuanya baik-baik saja, saya memohon kepada mu Ya Rabb lancarkanlah segalnya dan mudahkanlah. Dan aku memohon pada mu ya rabb lindungilah ibu dan kedua adik-adiku”.

Untuk lanjutan ceritanya kamu bisa baca langsung di website tersebut

Sumber: www.gariscerita.com


EmoticonEmoticon